JAKARTA – China berencana untuk membeli sekitar US $ 1,5 miliar (S $ 2 miliar) batubara dari Indonesia setelah menyetujui pakta pasokan tiga tahun baru, sebuah langkah yang berpotensi semakin melemahkan hubungan perdagangan dengan pemasok saingan Australia.
Indonesia akan berusaha untuk meningkatkan ekspor batubara ke China mulai tahun 2021 dan bertujuan untuk menarik investasi dalam pengembangan teknologi pemrosesan, menurut Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, yang pada hari Rabu menandatangani nota kesepahaman dengan Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China.
Diskusi lebih lanjut akan berlangsung mengenai volume ekspor, menurut pernyataan asosiasi Indonesia.
Nilai ekspor batu bara Indonesia ke China turun menjadi US $ 4,9 miliar antara Januari dan September karena permintaan yang lebih lemah, dari US $ 5,8 miliar pada periode yang sama pada 2019, menurut pernyataan itu.
Kesepakatan itu terjadi ketika hubungan antara China dan Australia memburuk. China telah memasukkan daftar hitam berbagai komoditas Australia karena pertikaian diplomatik antara Beijing dan Canberra memburuk.
Ketegangan antara kedua mitra dagang telah meningkat sejak Huawei Technologies dilarang membangun jaringan 5G Australia pada 2018.
Pembangkit listrik dan pabrik baja China diberitahu untuk berhenti menggunakan batu bara Australia dan pelabuhan diperintahkan untuk tidak menurunkan bahan bakar, Bloomberg News melaporkan pada bulan Oktober.
Dalam langkah lain yang akan membingungkan eksportir Australia, China akan mengenakan bea anti-dumping lebih dari 100 persen pada anggur Australia mulai akhir pekan ini, tanda terbaru memburuknya ketegangan perdagangan antara kedua negara.