SINGAPURA – Pemimpin tertinggi Jemaah Islamiah (JI) Zulkarnaen, yang ditangkap pekan lalu di Indonesia setelah 18 tahun melarikan diri atas pemboman Bali 2002, termasuk di antara 23 tersangka militan yang diterbangkan ke ibukota Jakarta pada Rabu (16 Desember).
Dengan tangan dan kaki diborgol dan mengenakan seragam oranye dan masker wajah penuh, para tersangka dikawal di bawah penjagaan ketat pasukan elit kontraterroisme, yang dikenal sebagai Detasemen 88, ketika mereka tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta utama Jakarta dari provinsi Lampung, di Sumatra.
Para tersangka, semua terkait dengan jaringan JI yang terkait dengan Al-Qaeda, ditangkap dalam beberapa pekan terakhir di provinsi Jambi dan Lampung di Sumatra.
Mereka akan dibawa ke pusat penahanan dekat Jakarta untuk diinterogasi lebih lanjut.
Juru bicara kepolisian nasional Ahmad Ramadhan mengatakan kepada wartawan bahwa Zulkarnaen, juga dikenal sebagai Aris Sumarsono, adalah seorang instruktur di akademi militer di Afghanistan selama tujuh tahun dan membantu membuat bom dalam serangan mematikan Bali yang menewaskan 202 orang, sebagian besar wisatawan asing.
“(Dia) memiliki kemampuan untuk merakit bom berdaya ledak tinggi, senjata api dan memiliki kemampuan militer,” kata Ahmad, menambahkan bahwa Zulkarnaen juga merupakan “dalang” di balik serangkaian serangan lain di Indonesia.
Sejak Mei 2005, ia telah terdaftar dalam daftar sanksi Al-Qaeda oleh Dewan Keamanan PBB karena dikaitkan dengan Osama bin Laden atau Taliban.
Tersangka terkenal lainnya dalam penerbangan itu adalah Upik Lawanga, yang diduga membuat bom untuk jaringan JI.
Upik telah melarikan diri sejak 2005 setelah ia ditetapkan sebagai tersangka dalam serangan yang menewaskan lebih dari 20 orang di sebuah pasar di Poso, sarang militansi Islam di Sulawesi Tengah.