Orang utan Indonesia berada di bawah ancaman parah dari penipisan hutan hujan yang sedang berlangsung. Orang utan Sumatera, yang dulunya tersebar di seluruh pulau Sumatera, sekarang terbatas di utara dan terancam punah. Mereka hampir secara eksklusif arboreal: Wanita hampir tidak pernah bepergian di tanah dan pria dewasa jarang melakukannya.
Seiring meningkatnya penebangan, pertambangan, dan budidaya kelapa sawit, orangutan menemukan diri mereka terjepit di kantong-kantong hutan yang lebih kecil, dipaksa keluar dari habitat alami mereka dan lebih sering berkonflik dengan manusia.
Organisasi seperti Program Konservasi Orangutan Sumatera merawat orangutan yang hilang, terluka dan penangkaran, yang bertujuan untuk memperkenalkan kembali mereka ke alam liar. Pengasuh manusia mengambil peran keibuan yang dimainkan orang utan betina, yang bertujuan untuk memperkenalkan kembali anak-anak muda ke habitat alami mereka pada sekitar usia tujuh atau delapan tahun, ketika mereka secara alami akan meninggalkan ibu mereka di alam liar.